[Roman Picisan] "Maafkan aku"

Subyek: [Roman Picisan] "Maafkan aku" Fri Feb 01, 2008 4:57 pm

Maafkan aku...

Hari yang sangat melelahkan setelah pulang kerja. Akhir bulan yang selalu dibebani dengan berbagai macam bentuk laporan. Laporan bulanan yang baru setengahnya selesai membuat aku harus tetap fit sampai beberapa hari kedepan. Pulang jam 9 malam sudah menjadi rutinitas setiap akhir bulan. Harus selesai sebelum hari yang ditentukan atau bos akan marah besar. Masih banyak yang harus aku kerjakan esok hari. Kurebahkan tubuhku dan kupejamkan mata agar segera tertidur.

Tak terasa sudah lama berlalu sejak hari dan tanggal yang kamu anggap sebagai tanggal bersejarah. Tanggal yang kamu tunggu-tunggu dan kamu inginkan. Tanggal yang menurut kamu menjadi tanggal bahagiamu. Tanggal dimana aku mengatakan sesuatu yang tidak aku sadari. Tanggal dimana aku mengawali sebuah kehidupan yang ternyata hanya akan mengisi hari-harimu dengan sakit hati. Tanggal yang hanya akan mewarnai kehidupanmu dengan butiran-butiran bening disudut mata indahmu. Tanggal dimana aku hanya mangkir dari segala tanggungjawabku dan membuatmu hanya sekedar pelarian. 24th of March.

Turun di bilangan kelapa gading, dari mikrolet 53 yang menuju pulogadung. Mendung yang mencekam membuat aku bergegas ketempatmu. Cuaca yang sepertinya harus membuatku membatalkan janji jalan-jalan denganmu ke ITC Cempaka mas.Udara dingin ditambah hembusan angin yang membawa aroma bau busuk dari kali membuat aku menutup hidung dan semakin bergegas. Dengan ayunan kaki yang agak cepat aku melangkah. Beralas kaki sendal jepit yang selalu saja kamu minta untuk aku menggantinya dengan sendal yang lebih "mode". Tak lupa jeans "andalanku" yang entah berapa minggu belum aku cuci. Sedikit sobek dibagian bawah dekat telapak kaki, karena terlalu panjang sehingga selalu terinjak oleh kakiku.

Tok... tok.. tok... "Permisi......" Ku ketok beberapa kali pintu kost-mu. Tak lama kemudian muncul sesosok mungil wanita yang tersenyum manis, yang akhirnya aku kenal sebagai mbak kost-mu. "Cari siapa mas...?" Tanyanya
"Yuli nya ada mbak....?" Sahutku...
"Oh cari Yuli..., ada kok. Silahkan masuk mas!"
"Ah diluar aja mbak"
"Ya udah kalo' gitu. Sebentar ya aku panggilin orangnya"

Sosok mungil itu hilang dan tergantikan sesosok teman lama yang tak banyak berubah. Tinggi dan berambut panjang. Setelah salaman dan duduk di teras kosmu, aku membuka pembicaraan dengan meminta maaf jika sepertinya hari ini tidak bisa jalan-jalan ke cempakamas. "Yah... apa boleh buat, orang cuacanya juga kurang bagus begini..." sahutnya. Dari pembicaraan cuaca hingga bursa saham di BEJ keluar dari mulut kami begitu aja. Canda dan tawa kecil menghiasi diskusi kecil itu. Sampai saat detik tertentu kami terdiam. Aku berkata "Mau nggak kamu jadi pacarku?"..... Entah apa yang aku pikirkan saat itu. Apakah spontanitas atau hanya joke belaka. Atau hanya... ah entahlah.... Sungguh aku tak mengerti apa arti senyummu yang kamu suguh dihadapanku saat itu. Senyum yang disunggingkan oleh seorang wanita berusia 24 tahun. Wanita yang beberapa bulan lebih tua dari aku. Yang dulu menjadi teman sekolahku. Dengan lirih kamu menjawab "Aku nggak butuh pacar... aku butuh calon suami...". Sesaat aku terdiam. Lalu aku memberanikan diri berkata "Mau nggak kamu jadi pendamping hidupku? Menjadi istri dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak?"... Sungguh kalap-kah aku saat itu? Mengatakan kata-kata keramat yang seharusnya aku katakan ke orang yang benar-benar aku kenal dan aku yakini. Kepada orang yang lebih tua, yang notabene usia segitu wanita sedang menggebu-gebu untuk segera berkeluarga. Sedangkan aku sendiri masih ingin berkeluarga di usia 30-an. Dengan suara yang lirih kamu menjawab 'ya' di iringi anggukan kecil yang kali ini aku kira aku tau apa maksudmu.

Beberapa bulan berlalu dan keindahan masa bersama menjadi kenangan yang tak terlupakan. Pembicaraan tentang masa depan dan "planning" bersama hingga masa kakek nenek menjadi topik yang tidak bosan dibicarakan. Seiring waktu yang berjalan sejenak aku berpikir dan bertanya-tanya. Selama ini aku belum pernah menyatakan cinta kepadamu. Setelah aku bertanya pada hatiku, apakah aku mencintaimu... hatika berkata...... tidak. Celaka duabelas... kutanya lagi pada hatiku 'bukankah itu nanti bisa tumbuh dengan sendirinya...?" hatiku berkata tidak.

Berbulan-bulan kamu aku "cuekin". Dan kamu mulai bertanya tentang kesungguhan hubunganku denganmu. Kamu bilang perasaanmu sudah tak bisa berubah terhadapku. Berkali-kali kamu menelpon aku sambil menangis. Akupun tak menjawab apa-apa. Hal yang membuatmu bingung. Kamu juga mulai menanyakan dan meminta kejelasan hal yang pernah aku katakan pada tanggal 24 maret dulu. Apa arti segala pembicaraan dan planning-planing masa depan itu. Akupun bingung, apakah harus aku akiri semuanya ini hanya karena hatiku tidak berkata "aku cinta kamu". Ataukah aku harus mempertahankannya dan melawan hatiku. Sialan... kemanakah kamu wahai "diriku" ditanggal 24 maret itu.....

Subyek: Re: [Roman Picisan] "Maafkan aku" Sat Feb 02, 2008 3:34 pm

Jika kamu tidak mencintainya, kamu boleh memutuskannya, toh hubungan masih sebatas pacaran. Yah... walaupun pahit baginya, tapi masih lebih baik daripada kamu memberikan kebohongan termanis.
BTW...ini fiksi apa nyata?? scratch